Judul: Pemalas itu: kaya, bahagia, dan menikmati hidup
Penulis: Dodi A. Setiawibowo
Penerbit: Indie Book Corner
Cetakan: Mei, 2011
Tebal: 150 halaman
Setiap orang menginginkan kebahagiaaan hidup. Kebahagiaan pun menjadi suatu yang sangat urgen manakala sudah berbicara esensi tujuan hidup. Namun, pertanyaannya adalah bagaimana jalan menuju kebahagiaan tersebut? Apakah harus menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya?
Adalah pengarang yang bernama asli Dodi A. Setiawibowo, menuangkan seluruh pengalaman serta pikiran ‘nyentriknya’ dengan bahasa yang lepas dan lugas dalam karyanya. Kendati pun pengarang hanya tamatan sarjana, tak lantas mendangkalkan wawasan intelektualitasnya. Justru dalam kumpulan essainya ini, ia telihat telah banyak makan garam nan sarat dengan nuansa ilmiah. Dari pelbagai perjalanan hidupnya itulah ia mengemasnya dalam satu wadah apik yang berbentuk buku ini.
Buku setebal 150 halaman ini, berisi doktrinisasi ‘kemalasan’ hidup dari pribadi Mas Dot. Ia mengimani bahwa ‘pemalas’ (istilah pengarang untuk orang yang senantiasa menuruti suara hatinya) itu bisa menjadi kunci sukses menikmati hidup. Hal demikian bisa ditemukan pada awal pembahasan buku, "Dalam buku ini, akan aku tunjukkan bagaimana seorang pemalas itu bisa menjadi kaya dan bahagia".
Jalan Menjadi Pemalas
Lebih lanjut, ia mengatakan jika ingin mengarungi bahtera kehidupan dan memperoleh kunci hidup bahagia; paling tidak ada beberapa hal yang mesti ditempuh (atau dalam bahasa Mas Dot yaitu jalan menjadi seorang ‘pemalas’). Pertama, kenali diri sendiri. Pengenalan diri memang mutlak diperlukan. Sebab orang tak akan bisa mengenali orang lain dan lingkungan sekitar tanpa terlebih dulu mengenali pribadinya. Seperti salah satu perkataan Rasulallah, “Siapa yang mengenali dirinya sendiri niscaya ia akan mengenali Tuhannya.”
Kedua, kristalisasi impian. Tiap individu pasti mempunyai angan dan tujuan hidup diharapkan. Menyitir pendapat Deddy Cobuser dan juga dikutip Mas Dot, sebetulnya ada tiga tipe orang di dunia ini. Yakni: Orang yang membuat sesuatu terjadi, orang yang hanya melihat sesuatu terjadi, dan orang yang bahkan tidak tahu sesuatu terjadi. Maka jadilah orang yang pertama. Buatlah sesuatu terjadi dan terealisasi, termasuk impian kita semua. (Halaman 77).
Ketiga, teguhkan niat. Semakin tinggi pohon, makin kencang pula angin yang menerpa. Semakin tinggi impian dan cita-cita seseorang, maka makin banyak pula aral melintang. Solusinya yaitu dengan keteguhan niat. Namun, keteguhan niat saja tak cukup.
Dalam sub bab terakhir, pengarang sekali lagi meyakinkan kepada pembaca. Bahwa tidak selamanya ‘pemalas’ itu berkonotasi negatif, seperti kebanyakan didefinisikan oleh khalayak. Akan tetapi, ‘orang pemalas' yang ia usung adalah mereka yang selalu memikirkan apa yang tak dipikirkan orang lain, mereka yang tak henti-hentinya meng-upgrade potensi diri, dan mereka yang dengan mudahnya mentaklid apa yang ada dalam hati nurani.
Sejatinya, buku berjudul Pemalas itu: kaya, bahagia, dan menikmati hidup ini sarat dengan muatan edukatif selain nilai-nilai motivatif hidup yang ada di dalamnya. Buku ini juga layak menjadi bahan renungan kita. Ternyata jika ingin merasa hidup maka lengkapilah hidup orang lain, pesan pengarang.
Peresensi: Agus Sopar Abdurrachim, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
No comments:
Post a Comment